Selasa, November 30

Sejarah Komring(Asal Mula Orang Kumering)

Kelompok Masyarakat ini hidup dan menyebar di sepanjang aliran sungai yang sekarang di kenal dengan nama sungai Komring maka penduduknya di sebut orang Komring, dan bahasanya pun disebut dengan bahasa Komring.

Sementara itu W.V. Van Royen menulis dalam bukunya “ DePalembang Sche Marga (1927 ) “ tidak menyebut orang komring tetapi “ Jelma Daya “ yang berarti kelompok masyarakat yang ulet dan dinamis, dan seorang sejarawan dari Belanda Van Der Tuc menyebut kelompok masyarakat ini dengan nama “ Kembiring “ yang di artikan sebagai manusia jadi-jadian ( orang yang dapat menghilang dan bisa berubah menjadi Harimau ).
Nama sungai Komring sendiri diambil dari nama seorang saudagar buah Pinang yang berasal dari India yang bernama Komring Singh , makam ( kuburan ) nya terdapat di sebelah hulu desa Muara Dua, sungai yang mengalir mulai dari makam tersebut tepatnya mulai dari pertemuan sungai Selabung dengan Wai Saka yang mengalir ke hilir sampai muara Plaju di sebut sungai Komring, tidak semua penduduk yang mendiami sungai komring di sebut orang komring, aliran sungai Komring sampai di Gunung Batu, penduduknya terbagi dalam 2 ( dua ) Kewedanaan Muara Dua dan Kewedanaan Martapura , sebagian penduduk kewedanaan Muara Dua di sebut Jelma Daya bukan Orang Komring walaupun mereka tinggal di pinggir sungai Komring sementara itu penduduk yang termasuk kewedanaan Martapura di sebut orang komring.



Kelompok masyarakat ini awalnya berasal dari Gunung Seminung yang membawa Budaya Rumpun Seminung. Masyarakat Rumpun Seminung tergolong suku Melayu Kuno ( Proto Malayan Tribes ), bahasanya banyak terdiri dari bahasa Melayu Kuno , bahasa Jawa Kuno dan bahasa Sansekerta , Kelompok masyarakat ini kemudian berkembang dan menyebar menjadi beberapa kelompok masyarakat.

- Yang pertama - Kelompok masyarakat yang mendiami sekitar daerah gunung seminung sampai ke Ranau kemudian terbentuk masyarakat Ranau.

- Yang kedua - Kelompok masyarakat yang turun dari Gunung Seminung kearah Lampung kemudian di kenal dengan kelompok masyarakat Lampung Peminggir.

- Yang ke tiga - Kelompok masyarakat yang turun dari Gunung Seminung menyusuri aliran sungai yang kemudian di kenal dengan kelompok Samanda Di Way yang sekarang menjadi masyarakat yang kita kenal dengan Orang Komring atau Jolma Daya..

Menurut sejarah Kabupaten Ogan Komering Ulu Sumatera Selatan ( 1979 ) Jelma Daya adalah kelompok pertama yang turun dari gunung Seminung melalui Danau Ranau kemudian seterusnya menelusuri sungai Komring sampai di Gunung Batu adalah kelompok Semendawai. Semendawai berasal dari kata Samanda Di Way yang berarti mengikuti aliran sungai . Kelompok masyarakat ini kemudian berkembang dan berpencar membentuk 7 ( Tujuh ) Kepuhyangan ( kepuyangan) , antara lain :

- Kepuhyangan Pertama menempati pangkal teluk yang agak membukit yang kini kita kenal dengan nama GUNUNG BATU, kelompok ini di pimpin oleh Pu Hyang Ratu Sabibul .

- Kepuhyangan Kedua menempati suatu dataran rendah yang kemudian dinamakan MALUWAY, kelompok ini di pimpin oleh Pu Hyang Kai Patih Kandil.

- Kepuhyangan ke Tiga menempati muara sungai di dalam teluk yang kemudian dikenal dengan nama MINANGA , kelompok ini di pimpin oleh Pu Hyang Minak Ratu Damang Bing.

- Kepuhyangan ke Empat menemukan padangan rumput yang luas kemudian menempatinya, pekerjaan mereka membuka padangan ini yang di sebut Madang yang kemudian dijadikan nama Kepuhyangan Madang, tempat pertama yang mereka duduki di namakan GUNUNG TERANG, kelompok ini di pimpin oleh Puhyang Umpu Sipadang.

- Kepuhyangan ke Lima di Pimpin oleh Pu Hyang Minak Adipati yang konon kabarnya suka membawa peliung yang kemudian di jadikan nama kepuhyangan Pemuka Peliung, dari kepuhyangan inilah kelak di kemudian hari setelah terjadinya Perang Abung ( 1400 M ) antara dinasti Paksi Pak dari Sekala Berak dengan Orang Abung, kemudian menyebar mendirikan kepuhyangan baru antara lain Kepuhyangan Banton di pimpin oleh Pu Hyang Ratu Penghulu, Kepuhyangan Pulau Negara yang di pimpin oleh Pu Hyang Umpu Ratu.

- Kepuhyangan ke Enam di bawah pimpinan Pu Hyang Jati Kramat , yang dipercayai oleh penduduk setempat bahwa istri beliau berasal dari atau keluar dari Bunga Mayang Pinang sehingga di abadikan pada nama kepuhyangan mereka , Kepuhyangan Bunga Mayang.

- Kepuhyangan ke Tujuh di pimpin oleh Puhyang Sibalakuang, kelompok ini pada mulanya menempati daerah MAHANGGIN yang kemudian setelah terjadinya perang Abung mendirikan cabang – cabang di daerah sekitarnya seperti Sandang, Rawan, Rujung, Kiti, Lengkayap dan banyak kepuhyangan ini mengunakan nama Bhu Way.

Menurut penelitian Geomorfologi sejak terjadi pendangkalan sungai Komring yang terjadi akibat adanya pengendapan lumpur di sungai Komring, sungai tersebut mulai terus mengecil dan kemudian sekitar 20 Km dari Desa Rasuan sungai komring terpecah menjadi 2 ( dua ) aliran, aliran yang lama terus menyempit sampai dengan desa Minanga dan berakhir di daerah Rawa-rawa dan Lebak ( pada jaman purba merupakan lautan ), sementara itu aliran baru terus mengalir dan bermuara di Plaju. Sebagian masyarakat yang terbentuk pada aliran baru ini kemudian membaur membentuk Komring Baru atau yang di kenal sekarang dengan nama Komring Ilir, namun sebagian kelompok masyarakat ini menolak untuk dianggap sebagai orang Komring di karenakan kelompok masyarakat ini sudah tidak membawa dan mewarisi Adat dan Budaya Rumpun Seminung.


sumber:jolma sikam kaunyin dan cyberhome

1 komentar:

Anonim mengatakan...

slm knl yai aq nak komering jg,tp skrng tinggal di bali,lanjut kan menulis atw post ttg komring demi kemajuan kita ank ank komring.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites